Seni dan Budaya dalam Islam

TUGAS
AGAMA 1
TUGAS AGAMA : SENI DAN BUDAYA DALAM ISLAM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kami
mengenai kebudayaan dan seni dalam Islam
yang kami beri judul “Tugas Agama : Seni dan Budaya dalam Islam “ sebagai
laporan mengenai hasil diskusi kami.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membimbing kami dan
yang telah memberi instruksi kepada kami yaitu “ Pak Hizbullah Huda “ sehingga
terselesaikannya hasil diskusi kami.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk dapat memberikan kesempurnaan laporan ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya,
6 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seni atau kesenian adalah manifestasi dari budaya manusia yang memenuhi
syarat estetika (Gazalba, 1978: 299). Inti dari seni adalah usaha untuk
mencipatakan bentuk-bentuk yang menyenangkan (indah), baik dalam bidang seni
sastra, seni musik, seni tari, seni rupa maupun seni drama. Kehidupan manusia
tidak bisa lepas dari kehidupan seni karena posisi seni di sini sebagai stabilisator
antara perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, seni sendiri memiliki
nilai strategis dan mempunyai peranan penting agar kehidupan bisa berjalan
dengan normal. Dilihat dari pentingnya seni dan kedudukannya, Islam beranggapan
seni adalah sesuatu yang sangat penting.
Dan Islam adalah agama yang mengajarkan
pengikutnya untuk bisa menghargai ketiga nilai di atas (ilmu, teknologi, dan
seni). Karena ketiga nilai itu begitu penting di dalam islam diajarkan ketiga-tiganya
dan harus berjalan selaras. Seni dalam
Islam kebanyakan seperti seni yang diajarkan dalam alquran. Tidak heran seni islam
disebut seni quran.
Ada beberapa petunjuk
Alquran tentang kesenian, yaitu (1) islam adalah agama fitrah, agama yang sesuai
dengan fitrah manusia (Q.S.30:30). Kesenian bagi manusia adalah termasuk
Fitrahnya. Kesanggupan berseni pulalah yang membedakan manusia dari makhluk Tuhan lainnya. (2) Allah
itu mempunyai sifat-sifat yang baik (Q.S. 7 : 180), seperti Jamal,(Maha Indah),
Jalal (Maha Agung) dan Kamal (Maha Sempurna), manusia mengemban misi
sebagai wakil Tuhan, yang harus merealisasikan sifat-sifat Tuhan , sebatas
kemampuannya.
Seni pada dasarnya netral, sehingga bisa
dijadikan sebagai sarana untuk mencapai
kebaikan (amal salih), sekaligus bisa
pula diarahkan kepada kerusakan.
Islam memandang kesenian sebagai ibadah,
jika dilakukan dalam kerangka etika.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian seni dan budaya dalam islam?
2. Bagaimana
prinsip-prinsip kebudayaan islam?
3. Bagaimana
karakteristik seni islam?
4. Apa
fungsi karya seni dalam islam?
5. Apa
saja macam-macam seni dalam islam?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian, prinsip-prinsip, karakteristik, dan fungsi seni dan
budaya dalam islam islam.
2. Untuk
mengetahui macam-macam seni dalam islam.
1.4 Manfaat
1. Sebagai
bahan bacaan tentang seni dan budaya dalam islam.
2. Sebagai
referensi dalam informasi mengenai seni dan budaya dalam islam.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan Islam
2.1.1 Pengertian Seni dan Budaya dalam Islam
Kata kebudayaan berasal dari kata
Sansekerta, buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
akal. Demikianlah kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan
dengan akal”. Dalam bahasa Arab terdapat istilah al tsaqafah dan al hadlarah.
Para ahli sosial cenderung berpendapat bahwa kata al tsaqafah merujuk pada
aspek ide, sedangkan kata al hadlarah menunjuk kepada aspek material. Maka, al
hadlarah lebih tepat diterjemahkan sebagai culture. Kebudayaan mengandung
pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat
istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Munandar
Soelaiman, 1992 dalam Zakky Mubarak, 2010). A.L. Kroeber dan C. Kluckhon yang
pernah mengumpulkan sebanyak mungkin definisi tentang kebudayaan yang terdapat
dalam banyak buku dan yang berasal dari banyak penulis.
Aspek kehidupan Spritual, mencakup
kebudayaan fisik, seperti sarana (candi, patung nenek moyang, arsitektur) ,
peralatan (pakaian, makanan, alat-alat upacara). Juga mencakup sistem sosial,
seperti upacara-upacara (kelahiran, pernikahan, kematian). Adapun aspek bahasa
dan kesusteraan mencakup bahasa daerah, pantun, syair, novel-novel. Aspek seni
dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu ; visual arts dan performing arts,
yang mencakup ; seni rupa (melukis), seni pertunjukan (tari, musik) Seni Teater
(wayang) Seni Arsitektur (rumah,bangunan , perahu). Aspek ilmu pengetahuan
meliputi scince (ilmu-ilmu eksakta) dan humanities (sastra, filsafat kebudayaan
dan sejarah).
2.1.2 Prinsip Kebudayaan Islam
Dalam penyampaian kajian Islam, digunakan
lah berrbagai cara dimana hal tersebut dapat memberikan dua efek. Yaitu apakah
perkembangan Islam tersebut bergerak ke arah maju semakin baik atau kah
bergerak mundur semakin buruk. Jika diibaratkan, Islam seperti mata pisau.
Kemana ujunganya akan menyentuh, tergantung yang menggunakan.
Maka dari itu, diperlukan prinsip yang
ditegaskan agar Islam dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Dimana prinsip
– prinsip tersebut anatara lain :
1. Dibangun
atas dasar nilai-nilai Illahiyah.
2. Munculnya
sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.
3. Sasaran
kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan penghuninya.
4. Pengembangan
ide, perbuatan dan karya, dituntut sesuai kemampuan maksimal manusia.
5. Keseimbangan
individu, sosial dan anatara makhluk lain dengan alam merupakan cita tertinggi
dari kebudayaan.
Sepanjang sejarah umat manusia,
kebudayaan hanya mempunyai dua model tersebut yaitu membangun atau merusak.
Kedua model kebudayaan itu hidup dan berkembang saling berganti (al-anbiya:104)
Di samping itu, prinsip kebudayaan dalam
pandangan islam adalah adanya ruh (jiwa) di dalamnya dan ruh itu tidak lain
adalah wahyu allah (al-quran menurut sunnah rasul-nya), seperti yang dinyatakan
oleh surat asy-syuraa: 52 dan 53. Selain itu tentu saja ada ruh di luar wahyu.
Jika ruh kebudayaan tersebut merupakan
wahyu dari Allah, maka kebudayaan tersebut bergerak menuju arah yang lebih
baik. Namun sebaliknya, jika ruh kebudayaan tersebut bukan berasal dari wahyu
Allah, maka kebudayaan tersebut bergerak menuju arah yang lebih buruk
kedepannya.
2.1.3
Karekteristik
Seni Islam Serta Manifestasinya Dalam Al-Qur’an
Ungkapan artistik dalam ajaran Islam yang
termanifestasikan dalam seni ruang dan
yang lainnya, membawa kita pada pemahaman bahwa seni Islam memiliki
karekteristik yang membedakan dengan seni yang lainnya. Karekteristik-karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Seni
Islam bercirikan abstrak dan mujarat. Ciri ini didasari atas munculnya
penafsiran seni Figural yang berangkat dari pemahaman bahwa alam ini adalah
ilusi yang dinafikan. Namun bagi seni Islam, alam adalah kreasi seni Tuhan yang
dapat dirasa dan di raba.
2. Seni
Islam bercirikan Struktur Modular. Artinya dalam karya seni Islam senantiasa di
bangun dari atau bentuk-bentuk yang lebih kecil yang pada akhirnya bergabung
menjadi bentuk yang lebih komplek.
3. Seni
Islam bercirikan gabungan berurutan. Artinya dalam berbagai bentuknya baik yang
berkenaan dengan seni suara, ruang dan gerak, seni Islam senantiasa terbangun
dari komponen kecil yang bergabung secara berurutan. Gabungan berurutan yang
lebih besar tesebut dalam kenyataannya tidak menafikan keberadaan komponen yang
lebih kecil. Justru gabungan-gabungan tersebut di sambung dengan komponen yang
lebih besar yang membentuk gabungan yang lebih kompleks. Contoh dari ciri ini
dapat kita lihat dalam al-Qur’an.
4. Seni
Islam bercirikan perulangan. Artinya dalam berbagai coraknya, karya seni Islam
mengandung model perulangan yang tinggi, baik perulangan motif, struktur
modularnya maupun kombinasi berurutannya. Manifestasi dari ciri ini juga dapat
kita lihat dalam al-Qur’an. Artinya betapa tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam
Qur’an kita temukan model-model pengulangan. Dari sisi seni Islam ini merupakan
karya maha agung yang menakjubkan, sebab membuat perulangan yang dibarengi
dengan perulangan keseragaman makna dan bunyi adalah hal yang sangat luar biasa
sulitnya.
5. Seni
Islam bercirikan dinamis. Artinya dalam karya-karya seni Islam senatiasa
melalui lingkungan masa. Menurut Boas bahwa setiap seni yang ada pada dasarnya
sama, yaitu meliputi lingkungan masa dan ruang. Seni yang meliputi lingkungan
masa adalah seni sastra dan seni musik. Sedangkan seni yang meliputi lingkungan
ruang adalah seni tampak atau bina (arsitektur). Adapun tari dan drama adalah
menggabungkan seni masa dan seni ruang.
6. Seni
Islam memiliki kerumitan. Jika kita menilik lebih lanjut terhadap karya karya
seni Islam, maka kerumitan dalam komponen-komponennya adalah dapat kita ketemukan. Baik dalam seni kaligrafi maupun
seni ruang. Manifestasi dari kerumitan ini juga dapat kita ungkap dalam
al-Qur’an. Artinya pemakaian gaya bahasa yang terdapat dalam al-Qur’an dari
sisi seni Islam merupakan manifestasi dari gaya bahasa tingkat tinggi yang
membangun sebuah keindahan sastra.
2.1.4
Fungsi
Karya Seni Menurut Islam
Berdasarkan pandangan di atas para Sufi
menjelaskan fungsi karya seni sebagai berikut:
1.
Fungsi seni untuk tawajjud yaitu membawa
penikmat untuk mencapai keadaan jiwa yang damai (mutmainah) dan menyatu dengan
keabadian yang abadi.
2.
Fungsi seni sebagai tajarrud yaitu
pembebasan jiwa dari alam benda melalui sesuatu yang berasal dari alam benda
itu sendiri. Misal suara, bunyi-bunyian, lukisan, gambar dan kata-kata.
3.
Fungsi seni sebagai tadzkiya al-nafs yaitu
penyucian diri dari pemberhalaan terhadap bentuk-bentuk melalui bentuk-bentuk
itu sendiri.
4.
Fungsi seni untuk menyampaikan hikmah,
yaitu kearifan yang dapat membantu kita bersikap adil dan benar terhadap Tuhan,
sesama manusia, dengan alam tempat kita hidup, dan diri kita sendiri.
5.
Fungsi seni sebagai sarana menyebarkan
gagasan, pengetahuan, informasi yang berguna bagi kehidupan seperti pengetahuan
sejarah, geografi, hukum, undang-undang, gagasan keagamaan.
6.
Fungsi seni diciptakan sebagai puji-pujian
kepada Yang Khalik.
Lukisan dalam manuskrip menarik karena gambar figur umumnya ditampilkan
statik, tidak ada gerak dan dua dimensi. Pelukis muslim berusaha menekan
ketegangan antara estetika Yunani yang didasarkan pada prinsip “Ars imitatur
naturam” (seni meniru alam), sedangkan estetika Islam menolak naturalisme.
Secara garis besar ciri lukisan senimanIslam adalah:
1.
Figur statik tidak ada gerak,
2.
Ada watak individual dalam setiap figur
yang digambar, yang ditekankan disini bukan penampilanzahirdari figur tetapi
sifat-sifatnya,
3.
Terdapat banyak seni dekoratif atau
arabesk yang ditambah untuk menggambarkan bahwa manusia hanya dapat hidup di
dalam lingkungan alam,
4.
Warna dibuat bukan untuk meniru warna alam,
tetapi untuk menciptakan keselarasan dalam ruang tertentu,
5.
Ruang dibuat vertikal dari atas ke bawah
dengan garis spiral, pada akhir yang menentukan kualitas lukisan ialah tatanan
atau susunan geometrisnya.
2.2 Macam-macam Seni dalam Islam
2.2.1
Seni
Lukis, Pahat, atau Patung
Alquran secara tegas dan dengan bahasa
yang sangat jelas berbicara tentang patung pada tiga surat Alquran.
1. Dalam
surat Al-Anbiya‟ (21): 5158 diuraikan tentang patung-patung yang disembah oleh
“ayah” Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Alquran terhadap patung-patung itu,
bukan sekadar menolaknya, tetapi merestui penghancurannya. “Maka Ibrahim menjadikan berhala-berhala itu
hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patungpatung yang
lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya “ (QS Al-Anbiya‟ [21]:
58).
Ada
satu catatan kecil yang dapat memberikan arti dari sikap Nabi Ibrahim di atas,
yaitu bahwa beliau menghancurkan semua berhala kecuali satu yang terbesar.
Membiarkan satu di antaranya dibenarkan karena ketika itu berhala tersebut
diharapkan dapat berperan sesuai dengan ajaran tauhid. Melalui berhala itulah
Nabi Ibrahim membuktikan kepada mereka bahwa berhala betapapun besar dan
indahnya tidak wajar untuk disembah. “ Sebenarnya patung yang besar inilah yang
melakukannya (penghancuran berhalaberhala itu). Maka tanyakanlah kepada mereka
jika mereka dapat berbicara, “ Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang
yang menganiaya (diri sendiri). “ (QS Al-Anbiya‟ [21]: 63-64). Sekali lagi Nabi Ibrahim a.s. tidak
menghancurkan berhala yang terbesar pada saat berhala itu difungsikan untuk
satu tujuan yang benar. Jika demikian, yang dipersoalkan bukan berhalanya,
tetapi sikap terhadap berhala, serta peranan yang diharapkan darinya.
2. Dalam
surat Saba‟ (34): 12-13 diuraikan tentang nikmat yang dianugerahkan Allah
kepada Nabi Sulaiman, yang antara lain adalah,“ (Para jin) membuat untuknya
(Sulaiman) apa yang dikehendakinya seperti gedung-gedung yang tinggi dan
patung-patung… “ (QS Saba‟ [34]: 13). Dalam Tafsir Al-Quthubi disebutkan bahwa
patung-patung itu terbuat dari kaca, marmer, dan tembaga, dan konon menampilkan
para ulama dan nabi-nabi terdahulu. (Baca tafsirnya menyangkut ayat tersebut).
Di sini, patung-patung tersebut karena tidak disembah atau diduga akan
disembah, keterampilan membuatnya serta pemilikannya dinilai sebagai bagian
dari anugerah ilahi.
3. Dalam
Alquran surat Ali „Imran (3): 48-49 dan Al-Maidah (5): 110 diuraikan mukjizat
Nabi Isa a.s. antara lain adalah mencipta-kan patung berbentuk burung dari
tanah liat dan setelah ditiupnya, kreasinya itu menjadi burung yang sebenarnya
atas izin Allah. “ Aku membuat untuk kamu dari tanah (sesuatu) berbentuk
seperti burung kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung seizin Allah.
(QS Ali „Imran [3]: 49).
2.2.2
Kaligrafi
Alquran berpengaruh menjadikan kaligrafi
bentuk seni yang paling penting dalam budaya Islam. Pengaruh dan keutamaannya
ditemukan pada setiap wilayah dunia Muslim, pada setiap abad dalam sejarah
Islam, pada setiap cabang produksi atau media estetis, dan pada setiap tipe
objek seni yang dibayangkan. Di antara semua kategori seni Islam, kaligrafi
adalah yang paling umum, paling penting, paling banyak diapresiasi, dan paling dihormati kaum
muslim. Wahyu yang turun kepada Muhammad, yang kemudian tersusun sebagai
Alquran Suci, segera dihafal oleh nabi dan sahabatnya. Selain itu, sebagian
sahabat nabi yang dapat menulis, menuliskan surah demi surah di atas lempung,
batu, tulang, papyrus, atau material lain yang dapat digunakan. Beberapa bagian
Alquran disimpan di Masjid Nabi, sebagian di rumah Nabi, dan sebagian di rumah
sahabat. Dengan wafatnya Nabi pada
10/632, dan gugurnya para pengikut nabi yang hafal seluruh Alquran di medan
perang, umat merasakan kebutuhan mendesak untuk mencatat wahyu dalam bentuk
lebih permanen. Atas desakan Umar bin
AlKhaththab, Abu Bakar, khalifah pertama memerintahkan sekretaris Nabi, Zaid
bin Tsabit untuk menghimpun dan menulis semua ayat Alquran dalam susunan
seperti yang ditunjukkan Nabi. Setelah
problem awal pengembangan sistem tulisan yang lengkap dan akurat terpecahkan,
kaum Muslim awal lalu memperindah tulisan mereka. Selain variasi gaya tulisan
kufi yang diperpanjang secara vertikal atau horizontal, ahli-ahli kaligrafi
Muslim mengembangkan varian baru bentuk yang pada dasarnya bundar. Tiga ragam tulisan kufi yang paling terkenal
merupakan hasil dari pemanjangan huruf-hurufnya sendiri menjadi berbagai motif
nonkaligrafis. Banyak gaya lain berkembang dari tulisan dasar yang berbentuk
bulat dan siku. Beberapa derivatif meliputi ciri dari kedua kategori. Setiap
tulisan baru diberikan nama khusus dan aturan pembuatannya.
2.2.3 Masjid
Dalam hubungannya dengan pengembangan
pendidikan Islam di Indonesia, sejak awal penyebaran Islam, masjid telah
memegang peranan yang cukup besar. Kedatangan orang-orang Islam ke Indonesia
yang pada umumnya berprofesi sebagai pedagang, mereka hidup berkelompok dalam
beberapa tempat, yang kemudian tempat-tempat yang mereka tempati tersebut
menjadi pusat-pusat perdagangan. Di sekitar pusat-pusat dagang itulah, mereka
biasanya membangun sebuah tempat sederhana (masjid), dimana mereka bisa
melakukan shalat dan kegiatan lainnya sehari-hari. Memang tampaknya tidak hanya
kegiatan perdagangan yang menarik bagi penduduk setempat. Kegiatan para
pedagang muslim selepas dagangpun menarik perhatian masyarakat. Maka sejak
itulah pengenalan Islam secara sistematis dan berlangsung di banyak tempat.
Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat
sebagai tempat ibadah khusus, seperti shalat, padahal fungsi masjid lebih luas
dari itu. Pada zaman Rasulullah, masjid berfungsi sebagai pusat
peradaban.Dikatakan kebudayaan tentu hal itu mempunyai seni, ekspresi seni
dimunculkan dalam masjid, khususnya dalam seni arsitektur sebenarnya tidak
terlepas dari ekspresi manusia itu sendiri yang merupakan makhluk dengan fitrah
seni – cinta pada keindahan.
“Sesungguhnya kami menjadikan apa yang
ada di bumi untuk menjadi perhiasan baginya, karna kami hendak menguji siapakah
diantara kalian yang paling baik pekerjaannya.” (Q.S. Al-kahfi : 7)
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
2.
Prinsip-prinsip kebudayaan islam adalah
dibangun atas dasar nilai-nilai Illahiyah, munculnya sebagai pengembangan dan
pemenuhan kebutuhan manusia, sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia,
keseimbangan alam dan penghuninya, pengembangan ide, perbuatan dan karya,
dituntut sesuai kemampuan maksimal manusia, keseimbangan individu, sosial dan
anatara makhluk lain dengan alam merupakan cita tertinggi dari kebudayaan.
3.
Karakteristik seni islam adalah abstrak
dan mujarat, struktur modular, dan gabungan berurutan.
4.
Fungsi karya seni dalam islam adalah untuk
tawajjud, tajarrud, tadzkiya al-nafs, menyampaikan hikmah.
5.
Macam-macam seni dalam islam antara lain
seni lukis, pahat, patung, kaligrafi, dan masjid.
3.2 SARAN
1. Memahami
pengertian, prinsip, karakteristik, dan fungsi dalam seni islam.
2. Menyeleksi
tiap-tiap kebudayaan yang masuk sehingga tetap dalam syariat islam.
3. Melestarikan
kebudayaan dan seni dalam islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, al-Baghdadi, Seni Dalam
Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik Dan Tari, (Jakarta: Gema Insani Press,
1991).
Harun Nasution dan Azyumardi Azra,
Islam Dewasa Ini dalam Perkembangan Modern Dalam Islam, (Jakarta Yayasan Obor
Indonesia, 1985)
Zainal Arifin Thoha, Eksotisme seni
Budaya Islam Khasanah Peradaban dari serambi
Pesantren, (Yogyakarta Buku
laela, 2002)
Seyyed Hossein Nasr, Intelegensi dan
Spiritualitas Agama-Agama, ter. Suharsono dkk, (Jakarta: Inisiasi Press, 2004),
271-272
Anshari, Endang Syaifuddin. 1980.
Kuliah al-Islam Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Press.
Al-Faruqi, Isma’il Raji. 1982.
Tawhid: its Implication for Thought and Life.
Lahore: The International of Islamic Thought.
Al-Hafidh, Masrap Suhemi. 1994. Terj.
Riyadus Shalihin. Surabaya: Bengkel Indah. Hossain Nashr, Syeed. 1994.
Spiritualitas dan Seni Islam, terj.
Sutejo. Bandung: Mizan.
Al-Munajid, Muhammad Shalih. 1997.
Dosa-dosa yang Dianggap Biasa, terj. Ainul Haris Umar Tayib. Jakarta:
al-Sofa.
Notowidagdo, Rohman. 1997. Ilmu
Budaya Dasar Berdasarkan Alquran dan Hadis. Jakarta: Rajawali Press.
Al-Amidi, Hamid. 1988. Pameran
Seni Khat Antarabangsa. Kuala
Lumpur : Balai Seni Lukis
Negara.
Aziz, Ahmad Abdul. 1996. Kaligrafi
Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Setyodarmodjo, Soenarko, dkk. 2007.
Menggali Filsafat dan Budaya Jawa.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Shihab, M Quraish. 2003. Wawasan
Al- Quran. Bandung : Mizan.
Subarna, Abay D, dkk. 2006.
Sistem Tulisan dan Kaligrafi.
Bandung : Mizan.
Yudoseputro, Wiyoso. 2000. Pengantar
Seni Rupa Islam di Indonesia.
Bandung : Angkasa.
Komentar
Posting Komentar