Isu Publik
|
|
|
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan laporan hasil kerja
kami tentang kreasi anekdot yang kami beri judul “ Mengkreasikan Anekdot Tentang
Isu Publik “ sebagai laporan mengenai
pengamatan kami.
Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah membimbing kami dan yang telah member instruksi kepada kami yaitu
ibu Amenah, guru Bahasa Indonesia kami sehingga terselesaikannya hasil diskusi
kami.
Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat memberikan
kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 28 Januari 2014
Peta
Konsep
A. Menginterpretasi
Teks Anekdot
Pengertian interpretasi menurut KBBI adalah pemberian
kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu; tafsiran (1998:
157).
Maka Interpretasi anekdot merupakan bagian dari cara
memaknai sebuah anekdot .
Tujuannya adalah siswa mengetahui pesan yang
terkandung dalam sebuah anekdot yang disampaikan oleh penulis anekdot tersebut
tersebut.
Misalkan terdapat contoh anekdot seperti ini:
SERATUS UNGKAPAN ABS
Setelah lulus dari ujian Negara di Beijing, seorang pemuda diangkat
menjadi pejabat pemerintahan ibu kota provinsi. Sebelum pergi, ia mengucapkan
selamat tingal kepada mentornya yang seorang pejabat senior.
“bekerja di pemerintahan provinsi tidaklah mudah. Kamu harus
berhati-hati,” ujar pejabat itu menasehati.
“baiklah. Terimakasih, pak,” kata pemuda itu. “mohon jangan khawatir.
Saya telah menyiapkan seratus ungakapan ABS (Asal Bapak Senang). Kalau nanti
saya bertemu dengan pejabat disana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan
senang.”
“bagaimana kamu dapat melakukan hal itu?” Tanya pejabat itu dengan nada
tidak suka. “kita adalah pejabat sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita tidak
boleh termakan sanjungan.”
Pemuda itu menjawab lagi, “sayangnya, pada kenyataannya kebanyakan orang
senang disanjung, pak. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti anda
yang tidak menyukai sanjungan.”
“mungkin kamu benar!” pejabat
senior itu menganggu sambil tersenyum.
Dari teks Anekdot diatas, dapat kita interpretasikan
bahwa:
Seorang
pejabat yang mengaku sebagai seorang “Pejabat Sejati” nyatanya dapat merasa
tersanjung dengan rayuan anak buahnya.
Dari
situ, kita dapat menyimpulkan bahwa pejabatv jaman sekarang mudah “dibujuk oleh rayuan”. Dan hal ini
membuktikan bahwa para pejabat negara memiliki mental yang lemah.
B. Membuat
Anekdot Tentang Isu Publik
Langkah – Langkah Membuat Anekdot Tentang Isu Publik
:
1.
Menentukan topik yang lucu dan
mengandung hikmah atau pelajaran tertentu.
2.
Menyusun (membayangkan) cerita yang akan
disajikan . Menyusun subtopik yang akan dibahas dalam Anekdot.
3.
Menyusun kerangka anekdot dengan memanfaatkan
subtopik.
4.
Mengembangkan kerangka yang telah dibuat
menjadi anekdot utuh.
Contoh Penyusunan Anekdot Isu Publik:
1.
Menentukan topik yang lucu dan
mengandung hikmah atau pelajaran tertentu.
Contoh : Undang –Undang Bisa Dibeli
Contoh : Undang –Undang Bisa Dibeli
2.
Menyusun (membayangkan) cerita yang akan
disajikan .
* Cerita seperti apa yang akan disajikan. (Dibayangkan situasi dan kondisi pada cerita.
* Cerita seperti apa yang akan disajikan. (Dibayangkan situasi dan kondisi pada cerita.
3.
Menyusun subtopik yang akan dibahas dalam
Anekdot.
a. Alan berpergian bersama Dodi
B. Alan melanggar rambu lalu lintas
c. Alan merasa tidak bersalah
d. Alan mengeluarkan sejumlah uang
a. Alan berpergian bersama Dodi
B. Alan melanggar rambu lalu lintas
c. Alan merasa tidak bersalah
d. Alan mengeluarkan sejumlah uang
4.
Menyusun kerangka anekdot dengan memanfaatkan
subtopik.
a. Alan mencari sarapan bersama Dodi
b. Alan melanggar rambu lalu lintas
c. Dodi menegur Alan karena perbuatannya
d. Alan dengan santainya mengeluarkan sejumlah uang
a. Alan mencari sarapan bersama Dodi
b. Alan melanggar rambu lalu lintas
c. Dodi menegur Alan karena perbuatannya
d. Alan dengan santainya mengeluarkan sejumlah uang
5.
Mengembangkan kerangka yang telah dibuat
menjadi anekdot utuh.
Seperti pada contoh berikut :
Seperti pada contoh berikut :
BIKIN
UNDANG-UNDANG
Dodi datang bertandang pada sepupunya yang bernama Allan, ia berdomisili di sebuah kota. Suatu pagi yang lengang Dodi diajak cari sarapan, mereka naik mobil, tentu Allan yang nyopir. Di perempatan jalan, waduh…, lampu merah menyala, tapi Allan melaju terus, maka itu Dodi menegor sepupunya itu.
Dodi datang bertandang pada sepupunya yang bernama Allan, ia berdomisili di sebuah kota. Suatu pagi yang lengang Dodi diajak cari sarapan, mereka naik mobil, tentu Allan yang nyopir. Di perempatan jalan, waduh…, lampu merah menyala, tapi Allan melaju terus, maka itu Dodi menegor sepupunya itu.
Dodi : Lampu merah, mengapa engkau
melaju terus?!
Allan : Alah…, tenang aja, di Negeri ini aku bisa bikin Undang-undang kok…!, jawabnya santai..
Dodi : Bagaimana bisa?!, bukankah yang membuat Undang-undang itu DPR dan Pemerintah?!
Allan : (Meminggirkan mobilnya)
Dodi : Mengapa meminggir?!
Allan : Mau menjawab pertanyaanmu!!, jawabnya ketus.
Dodi : Mengapa harus meminggir?!
Allan : (Mobil dihentikan, lalu dirogoh saku celananya serta diambil dompetnya yang tebal itu dan ditaruhnya di depan Dodi seraya berkata): Ini jawabannya!! Sambil menancapkan gas…
Dodi : Memang kamu pikir dengan uang akan memudahkanmu ?
Allan : Halah.... Kamu masa gk tau kabar – kabar kayak gini...
Dodi : Hmm.... Mudah sekali yaa...
Allan : Alah…, tenang aja, di Negeri ini aku bisa bikin Undang-undang kok…!, jawabnya santai..
Dodi : Bagaimana bisa?!, bukankah yang membuat Undang-undang itu DPR dan Pemerintah?!
Allan : (Meminggirkan mobilnya)
Dodi : Mengapa meminggir?!
Allan : Mau menjawab pertanyaanmu!!, jawabnya ketus.
Dodi : Mengapa harus meminggir?!
Allan : (Mobil dihentikan, lalu dirogoh saku celananya serta diambil dompetnya yang tebal itu dan ditaruhnya di depan Dodi seraya berkata): Ini jawabannya!! Sambil menancapkan gas…
Dodi : Memang kamu pikir dengan uang akan memudahkanmu ?
Allan : Halah.... Kamu masa gk tau kabar – kabar kayak gini...
Dodi : Hmm.... Mudah sekali yaa...
C. Menyunting
Teks Anekdot
Tujuan dari penyutingan
adalah untuk membenahi isi, bahasa dan ejaan dalam teks Anekdot.
Aspek dalam penyuntingan
teks Anekdot :
A.
Isi
- Apakah alur cerita pada Anekdot mengandung kelucuan atau tidak.
- Apakah alur cerita pada Anekdot mengandung kelucuan atau tidak.
- Apakah hikmah / pelajaran yang dapat dipetik
B. Bahasa
- Apakah kalimatnya sudah efektif atau belum.
- Apakah pemilihan katanya sudah tepat atau belum
C. Ejaan
- Apakah penggunaan tanda bacanya sudah tepat atau belum.
- Apakah penulisan huruf pada setiap kata / kalimat sudah
benar atau belum.
D. Mengabstraksi Teks
Anekdot
Mengabstraksi
anekdot berartu merumuskankembali secara ringkas isi suatu anekdot.
Anekdot
dapat kita susun dapat kita susun riingkasan, yakni dari pokok yang ada pada
anekdot itu, yaitu tokoh utama, peristiwa penting, dan latarnya di samping
menyebutkan hal lucu dan hikmah yang ada (atau biasa disebut unsur intrinsik)
· Pokok Anekdot dalam
Bentuk Tabel
No
|
Pokok – Pokok Anekdot
|
Deskripsi
|
1
|
Tokoh
Utama
|
Dodi dan Alan
|
2
|
Peristiwa
Penting
|
Peraturan yang bisa dibayar
|
3
|
Latar
|
Suasana : Menegangkan
Waktu : Pagi hari Tempat : Dijalan raya |
4
|
Kelucuan
|
Kenekadan Alan yang justru memarkir mobilnya
dipinggir (setelah melanggar rambu lalu lintas) lalu memberikan sejumlah uang
kepada petugas ketertiban lalu lintas.
|
5
|
Hikmah
|
Ketegasan peraturan di Negeri ini harus lebih
ditingkatakan. Pelanggaran yang ada harus benar – benar ditindak lanjuti.
|
· Pokok Anekdot dalam
Bentuk Naratif
Seorang
pengendara mobil melanggar rambu lalu lintas. Pengendara tersebut tetap santai
mengendarai kendaraannya. Pengendara, Alan, berkata pada Dodi bahwa tak nperlu
khawatir bila melanggar rambu lalu lintas. Ia membuktikan kata – katanya dengan
menghentikan kendaraannya dan mengeluarkan sejumlah uang.
E.
Mengonversi
Anekdot Menjadi Teks Lain
Mengonversi berarti merubah dari suatu sistem ke sistem
lain. Dari kedua contoh Anekdot yang telah disajikan, dapat kita simpulkan
bahwa pada anekdot “Seratus Ungkapan ABS”
adalah anekdot yang disajikan secara naratif dan anekdot “Bikin Undang –
Undang” adalah anekdot yang disajikan secara dialog / dramatik.
Mengapa bisa begitu ?
Berikut ulasnnya.
A. Anekdot dalam
Format Naratif
Anekdot yang disajikan dengan kejelasan tokoh , alur, peristiwa, dan latar. Dalam format ini, anekdot yang
disajikan juga dapat memperlihatkan sifat / watak para tokoh secara jelas.
Hikmah yang dapat dipetik lebih mudah kita simpulkan.
B. Anekdot dalam Format Dramatik
Anekdot yang disajikandalam bentuk dialog. Latar tidak selalu dijelaskan dalam cerita (seperti
: latar suasana). Dan dalam penyajiannya, anekdot ini lebih mudah dimengerti
karena menggunakan ekspresi (lakuan)
Komentar
Posting Komentar